Senin, 09 November 2009

MAKNA FILOSOFIS DALAM HIDUP


Apakah ini yang disebut dengan kehidupan yang selalu dikaitkan dengan sebuah kekejaman?
Apakah bisa dikatakan sebuah perubahan jika telah memakan korban?
Apakah ada di dunia ini manusia yang tidak pernah mengalami masalah, dan apakah benar setelah masalah satu hilang akan datang masalah-masalah lainnya?

Saudara kehidupan adalah proses panjang yang mengerikan untuk menuju satu tujuan yang membawa kita kepada puncak tertinggi yaitu kebahagiaan! Dunia? Atau akhirat?.

Hidup juga dapat diibaratkan seperti seorang pendaki yang ingin menaklukkan puncak gunung merapi. Melihat indahnya laut, indahnya rumah penduduk dari atas langit, indahnya alam dan sejuknya udara sambil ditemani secangkir kopi hangat. Mungkin itulah pandangan kita pertama ketika ingin memulai perjalanan dalam hidup ini saat kita belum mengenal arti kehidupan, ketika kita ditanya oleh orang tua kita atau guru pada saat kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar. "Idham apa cita-cita kamu kalo sudah besar nanti? Maka si Idham kecil pun menjawab dengan kepolosan dan keluguannya! "saya ingin menjadi ABRI bu, biar kalo ada penjahat aku tembak" namun apakah ketika Idham kecil itu besar dengan seenaknya bisa menjadi Tentara lalu dengan mudah menangkap penjahat? Tidak! Ada proses penggemblengan yang harus di ikuti untuk mendapat pengakuan sebagai ABRI. Begitu juga sama dengan perjalanan sang pendaki gunung Merapi untuk menempuh puncak tertinggi membutuhkan tekad yang kuat, berani melawan ketakutan, terpaan badai, menerangi kegelapan malam setelah mentari tenggelam dengan pelita rembulan.

Jika pendaki berhasil melewati rintangan mungkin mereka akan sampai pada puncak tujuan dengan rasa bangga dan sangat bahagian sambil berkata "akhirnya aku sampai juga". Setelah mencapai kebahagian apakah seorang pendaki itu selalu merasakan kebahagiaan tanpa ada rasa bosan setiap hari melihat itu dan itu melulu? Apakah ketika pendaki itu bosan itu bukan sebuah masalah baru? Itu mungkin bisa terjadi, kalo bagi para pendaki, namun bagi orang yang mencapai kebahagian dengan kelimpahan harta bisa saja mereka tidak merasa bosan dengan banyaknya harta. Begitu juga bagi kalangan kaum sufi misalnya, ketika mereka sudah memcapai kenikmatan dalam ibadah mereka pun tak mau meninggalkan kenikmatan itu sedetik pun,tak kalah menariknya bapa saat pelantikan Kabinet Jilid II Presiden teripilih Bangsa ini Babang Susilo yudhoyono mengatakan kira-kira begini katanya "setelah meraih kesuksesan besar maka bukan berarti tidak akan menghadapi masalah baru" begitu katanya. jadi apakah mereka bisa mengalami masalah setelah berada di puncak kebahagiaan? Jawabannya adalah ada pada pendapat dan penafsiran kita masing-masing, yang pasti masalah itu adalah faktor alamiayah bagi setiap individu dari kita semua...!


Idham, 13 Februari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar