Senin, 11 Januari 2010

"Dulu Dihina Kini Didambakan"
oleh:
Idham Kholid
11-10-2010

Kepemimpinan baru akan dinilai baik jika pemimpin tidak lagi memimpin. Secara histories para pemimpin bangsa ini dari Ir. Soekarno, Soeharto sampai Abdurahman Wahid (Gusdur) mereka sama-sama dihina namun kemudian dibanggakan diagungkan bahkan diharapkan kehadirannya untuk memimpin negeri ini kembali.
Soekarno adalah bapak bangsa pertama di Negeri ini begitu besar pemikiran yang ia sumbangkan untuk bangsa agar bisa merdeka sehingga pada tahun 1945 Soekarno dan Hatta sah menjadi kepala Negara. Saat itu masyarakat sepertinya tidak salah dan tidak akan pernah salah memilih pemimpin, Soekarono diagungkan bahkan ucapannya menjadi nutrisi yang dapat memberikan semangat rakyatnya.
Rasa sayang Soekarno kepada rakyatnya kemudian dibuktikan dengan konsep NASAKOM agar bangsa dapat bersatu dan saling menghargai satu dengan yang lainnya, namun pemikiran itu tidak bisa dipahami rakyat sehingga rakyat menafsirkan soekarno telah pro komunis dan NASAKOM adalah siasat. Tadinya didambakan disegani kini dimusuhi.
Begitu juga dengan Soeharto, pasca tumbangnya rezim Orde Lama Soeharto tampil bak-pahlaman yang mampu membasmi kejahatan dan kekejaman PKI terhadap Jenderal-jenderal yang dibunuh pada tahun 1965. kemudian Soeharto pun didukung oleh para aktivis, akademisi dan masyarakat agraris untuk menjadi Presiden menggantikan Soekarno
Diawal kepemimpinannya rakyat dibodohi dengan adanya perubahan baik struktur pemerintahan maupun pembangunan diseluruh tanah air, kemegahan sangat terasa saat itu. 32 tahun Soeharto memimpin Negeri ini tanpa terasa namun akhirnya karena terlalu lama rakyatpun bosan dan menginginkan reformasi diterapkan, itupun diterima oleh Soeharto. Kebosanan rakyat kemudian berbuntut negative pasca lengsernya Soeharto krisis ekonomi terjadi, seluruh kebutuhan naik tinggi setinggi-tingginya. Di zaman yang serba sulit dan mahal saat itu banyak rakyat mengharapkan Soeharto kembali untuk memimpin.
Tidak lama setelah BJ Habibie menggantikan Soeharto kurang lebih dua bulan, lalu tampil tokoh baru pemimpin negeri ini yaitu KH. Abdurahman Wahid atau lebih dikenal dengan sebutan (Gusdur). Di awal kepemimpinannya Gusdur adalah tokoh atau presiden pertama negeri ini yang berasal dari kalangan Pesantren, namun gaya dan pola pikirnya sama sekali tidak mencerminkan ciri khas pesantren, bahkan Gusdur dinilai banyak orang sebagai tokoh kontropersi, karena pemikiran dan keputusannya tidak bisa diterima oleh masyarakat luas. Gusdur dihina dan kebijakannya di tentang lebih-lebih pada saat ia ingin melakukan kerjasama dengan Negara Israel ia mendapat keritikan hebat dari dalam negeri bahkan di luar negeri yang notabene Islam yang menganggap dirinya telah berkhianat karena Israel adalah jelas-jelas musuh Islam.
Pemikiran Gusdur memang tidak banyak dimengerti banyak orang sehingga pemikiran dan tindakannya seakan-akan menjadi ancaman bagi negera. Dalam kepemimpinannya Gusdur lebih banyak membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar, dia membela apa yang tidak seharusnya dibela yaitu dengan mengangkat martabat kebebasan dan persamaan kelompok-kelompok minoritas sehingga Gusdur disebut pahlawan bagi kelompok kecil dan musuh kelomok yang besar.
Tindakannya yang tidak bisa diterima kemudian ia di jatuhkan dari kursi ke presidenannya. Kemudian di saat ia keluar meninggalkan Istana Negara ia menunjukkan kewibawaannya dengan mengenakan kaos oblong dan celana kolornya, mungkin ini adalah hal yang hina dan tindakan yang bodoh untuk dilakukan bagi seorang kepala Negara, namun hal itu beda maknanya dimata Gusdur dan ulama.
Bahwa apa yang dilakukan Gusdur pernah dilakukan pula oleh pemimpin (khalifah) besar Islam yang adil Umar bin Abdul Aziz yang tidak mau memakai pasilitas Negara di luar tugas negaranya. Kurang lebih tujuh tahun lamanya Gusdur tidak lagi menjadi presiden dan kini ia telah tiada, di masa kepemimpinannya ia banyak dihina dan dianggap tidak becus mengurus Negara, namun setelah kepergiannya kemudian barulah muncul ucapan-ucapan kekaguman terhadap dirinya.
Dulu mereka dihina dianggap tidak lagi berguna, kini mereka didambakan seperti ratu adil yang tak kunjung datang. Dan saat itu pulalah kepemimpinan baru terlihat baik di saat mereka tidak lagi memimpin….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar